"KH. Ahmad Rukyat (Mbah Rukyat) Kendal, Kaliwungu"

 "KH. Ahmad Rukyat (Mbah Rukyat) Kendal, Kaliwungu"



Beliau adalah sosok Ulama Kaliwungu yang sangat Tawadhu’ dan Zuhud. Walaupun beliau hidup sederhana, namun beliau dikenal masyarakat sebagai Kyai yang loman (dermawan). Pada tahun 1932, beliau diamanahi mengasuh Pondok Pesantren APIK Kauman, Kaliwungu, karena Pondok Pesantren tersebut ditinggal wafat oleh Pengasuhnya yang masih merupakan Paman beliau, yaitu KH. Irfan bin Musa.

Pada masa kepemimpinan beliau inilah, Pondok Pesantren APIK bertambah pesat dan maju, karena pada saat itu merupakan masa-masa perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dimana rumah Pendiri Pondok dijadikan sebagai Posko Palang Merah serta karena semakin bertambahnya santri yang mondok di Pondok Pesantren APIK Kaliwungu. Diantara ribuan santri KH. Ahmad Rukyat yang menjadi Ulama/Tokoh masyarakat adalah :


KH. Abuya Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang, Banten


KH. A. Shohibulwafa TA. (Abah Anom) Suryalaya, Tasikmalaya


KH. Asror Ridwan (Mbah Asror) Kaliwungu, Kendal


KH. Dimyati Rois (Mbah Dim) Kaliwungu, Kendal


Dan masih banyak lagi santri-santri KH. Ahmad Rukyat yang menjadi Ulama Besar pada saat beliau mengasuh Pondok Pesantren APIK Kaliwungu.

Pada masa Kepemimpinan KH. Ahmad Rukyat inilah nama Pondok Pesantren Salafi al-Kaumani berubah menjadi Asrama Pelajar Islam Kauman (APIK) Kaliwungu. Perubahan nama tersebut didasarkan pada situasi saat itu dimana pergolakan politik negara dengan munculnya organisasi-organisasi massa seperti Masyumi, Nahdlatul Ulama dan organisasi kepemudaan lain. Setelah wafatnya KH. Ahmad Rukyat (1968), Pondok Pesantren yang semula dalam pengajarannya hanya menggunakan metode sorogan dan bandongan, ditambah dengan metode klasikal. Beliau juga pernah menjadi salah satu Mursyid Thariqah di Wilayah Kabupaten Kendal.

Karomah KH. Ahmad Rukyat (Mbah Rukyat)

Beliau pernah dikunjungi Nabi Khidhir as. dan konon katanya, salah satu  guru beliau adalah Nabiyullah Khidhir as. Ada juga cerita yang sumbernya dari santri beliau, bahwa suatu ketika si santri secara tidak sengaja melihat beliau memasak air dengan memakai daun kelapa (red. blarak) yang masih basah tanpa percikan api sedikit pun. Maka, tidak mengherankan bila banyak masyarakat yang mengatakan bahwa beliau termasuk salah satuWaliyullah. Masih banyak lagi cerita-cerita tentang karomah beliau yang lain.Allahu A’lam

Beliau wafat pada hari Jum’at ba’da shalat Maghrib tanggal 9 Rabiul Akhir 1388 H atau bertepatan dengan tanggal 4 Juli 1968 M, ribuan orang mengantarkan kepergian beliau untuk selama-lamanya kepada Dzat Yang Maha Pencipta, Allahu Rabbul ‘Izza. Beliau dimakamkan di Jabal Nur (Desa Protomulyo) bersama sahabat-sahabat beliau sesama Waliyullah, seperti Wali Musyaffa, Wali Mustofa dll. Semoga Allah swt. menerima amal dan jasa beliau pada para santri khususnya dan masyarakat kaliwungu dan sekitarnya pada umumnya serta menempatkan beliau ke tempat yang mulia di sisi-Nya. Amin Ya Mujibad Da’in.

Lahu Al-Faatihah

Comments